THR Ojol: Antara Harapan Manis dan Realita Pahit Manisnya Lebaran

Eh, kamu tahu nggak sih soal kabar THR buat para pejuang jalanan, alias abang-abang dan mbak-mbak ojol (ojek online) yang setia mengantar makanan dan penumpang di tengah panas terik dan hujan badai? Kabar ini kayak oase di padang gurun, bikin kita yang sering pesan ojol jadi bertanya-tanya: “Jadi, mereka dapet THR juga nggak sih?”

Soalnya gini, setiap menjelang Lebaran, selalu ada perdebatan seru soal THR (Tunjangan Hari Raya). Karyawan kantoran sih udah pasti kebagian, tapi gimana nasib para pekerja informal seperti driver ojol? Mereka kan juga berjasa banget buat kita, apalagi pas lagi males masak atau kejebak macet.

Nah, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) kita, Ibu Ida Fauziyah, udah angkat bicara soal ini. Tapi, jawabannya agak-agak bikin kita mikir keras nih. Jadi, gini lho intinya…

Bukan Kewajiban, Tapi Anjuran

Ibu Menaker bilang, pemberian “bonus” atau “apalah namanya” buat driver ojol itu diserahkan ke masing-masing aplikator. Artinya, pemerintah nggak mewajibkan Gojek, Grab, Maxim, atau aplikator lainnya buat ngasih THR ke driver mereka. Tapi, pemerintah menganjurkan banget aplikator buat memberikan semacam apresiasi.

“Ini kan hubungan kemitraan, bukan hubungan kerja. Tapi, kami menganjurkan aplikator untuk memberikan perhatian kepada mitra-mitranya,” kata Ibu Menaker, seperti yang saya baca di berita Antara [Sumber: Antaranews].

Hmm, agak abu-abu ya? Kayak kopi susu gitu deh. Ada manisnya, ada pahitnya.

Kenapa Kok Nggak Wajib?

Pertanyaan selanjutnya yang muncul di benak kita pasti: “Kenapa kok nggak diwajibkan aja sih? Kan kasihan mereka udah kerja keras.”

Nah, di sinilah letak perbedaannya. Secara hukum, hubungan antara driver ojol dan aplikator itu adalah kemitraan. Bukan hubungan kerja seperti karyawan dan perusahaan. Dalam hubungan kemitraan, nggak ada aturan baku soal THR. Beda ceritanya kalau hubungan kerja, THR itu udah jadi hak karyawan yang diatur dalam undang-undang.

Bayangin deh, kayak kamu jualan kue di platform online. Kamu mitra platform itu, bukan karyawannya. Jadi, platform nggak wajib ngasih kamu THR, kan?

Tapi, meski nggak wajib, bukan berarti aplikator lepas tangan begitu aja. Justru di sinilah peran aplikator diuji. Mereka harus kreatif nyari cara buat memberikan apresiasi ke para driver yang udah jadi tulang punggung bisnis mereka.

Apresiasi dalam Bentuk Apa?

Lalu, apresiasi itu bentuknya kayak apa? Nah, ini juga diserahkan ke masing-masing aplikator. Bisa jadi bonus uang tunai, voucher belanja, diskon perawatan kendaraan, atau bahkan program mudik gratis. Yang penting, ada wujudnya dan bisa dirasakan manfaatnya oleh para driver.

Beberapa waktu lalu, saya sempat ngobrol sama salah satu driver ojol langganan saya, namanya Mas Joko. Dia cerita, tahun lalu dia dapat semacam insentif dari aplikatornya berupa voucher diskon servis motor. “Lumayan Mbak, buat ganti oli sama kampas rem. Soalnya motor kan emang modal utama kita,” ujarnya sambil tersenyum.

Nah, hal-hal kecil kayak gitu tuh yang sebenarnya berarti banget buat mereka. Nggak harus THR jutaan rupiah, tapi perhatian dan apresiasi yang tulus.

Lebih Dalam Soal Kemitraan: Untung Rugi Jadi Driver Ojol

Oke, kita bedah lebih dalam lagi soal hubungan kemitraan ini. Ada untungnya, ada ruginya.

Untungnya:

  • Fleksibilitas: Ini yang paling disukai para driver. Mereka bisa atur sendiri jam kerjanya, mau narik kapan aja, di mana aja. Nggak ada aturan absen atau meeting pagi yang bikin mumet.
  • Penghasilan Tambahan: Banyak orang yang jadi driver ojol buat nyari penghasilan tambahan di luar pekerjaan utama mereka. Lumayan kan, buat nambah-nambah uang jajan atau bayar cicilan.
  • Jadi Bos Sendiri: Nggak ada atasan yang ngatur-ngatur, nggak ada target yang bikin stres. Mereka jadi bos buat diri sendiri.

Ruginya:

  • Nggak Ada Jaminan: Beda sama karyawan yang punya gaji tetap, driver ojol penghasilannya nggak pasti. Tergantung orderan, cuaca, dan persaingan.
  • Biaya Operasional: Mereka harus tanggung sendiri biaya bensin, perawatan kendaraan, dan kuota internet.
  • Risiko Tinggi: Kerja di jalanan itu penuh risiko. Kecelakaan, kriminalitas, dan gangguan cuaca selalu mengintai.
  • Nggak Ada Jaminan Sosial: Nggak ada BPJS Kesehatan atau BPJS Ketenagakerjaan. Kalau sakit atau kecelakaan, mereka harus tanggung sendiri biayanya.

Nah, dari sini kita bisa lihat kan, jadi driver ojol itu nggak semudah yang kita bayangkan. Mereka berjuang setiap hari buat mencari nafkah, dengan segala risiko dan tantangan yang ada.

Aplikasi Ojol Raksasa: Berapa Keuntungan Mereka?

Sekarang, kita intip sedikit dapur para aplikator raksasa ini. Mereka kan udah jadi perusahaan besar dengan valuasi miliaran dolar. Pasti keuntungannya juga nggak main-main.

Sayangnya, data soal keuntungan bersih masing-masing aplikator itu nggak dibuka secara gamblang ke publik. Tapi, dari berbagai sumber, kita bisa dapat gambaran kasar soal potensi pendapatan mereka.

Ambil contoh Gojek dan Grab. Dua aplikasi ini udah jadi penguasa pasar di Indonesia. Mereka punya jutaan driver dan pelanggan setia. Setiap hari, ada jutaan transaksi yang terjadi di platform mereka. Dari setiap transaksi itu, mereka dapat komisi.

Komisinya berapa? Nah, ini juga beda-beda tergantung kebijakan masing-masing aplikator. Tapi, biasanya sekitar 10-20% dari total biaya perjalanan atau pesanan makanan.

Bayangin aja, kalau dalam sehari ada 1 juta transaksi dengan rata-rata nilai transaksi Rp 50.000, maka total nilai transaksi adalah Rp 50 miliar. Kalau aplikator dapat komisi 15%, berarti pendapatannya Rp 7,5 miliar per hari. Wow!

Tentu saja, pendapatan itu belum dipotong biaya operasional, biaya marketing, dan biaya lainnya. Tapi, tetap aja angkanya fantastis.

Kembali ke THR: Harapan dan Kenyataan

Dengan keuntungan sebesar itu, rasanya nggak berlebihan kalau kita berharap para aplikator bisa lebih royal memberikan apresiasi ke para driver mereka. THR memang bukan kewajiban, tapi bentuk perhatian dan kepedulian.

Apalagi, di tengah kondisi ekonomi yang lagi nggak pasti kayak sekarang ini, THR atau bonus Lebaran itu bisa jadi angin segar buat para driver dan keluarga mereka. Bisa buat beli baju baru, buat kirim ke kampung halaman, atau sekadar buat makan enak di hari raya.

Tapi, ya balik lagi, semua tergantung kebijakan masing-masing aplikator. Kita sebagai pengguna jasa ojol cuma bisa berharap dan memberikan dukungan.

Yang Bisa Kita Lakukan Sebagai Konsumen

Nah, selain berharap, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai konsumen buat mendukung para driver ojol:

  • Beri Tip: Ini yang paling sederhana dan efektif. Tip sekecil apapun pasti akan sangat berarti buat mereka. Anggap aja sebagai bentuk apresiasi atas jasa mereka.
  • Beri Ulasan Positif: Ulasan positif di aplikasi bisa bantu meningkatkan reputasi mereka. Kalau mereka dapat banyak ulasan positif, mereka bisa dapat prioritas order atau insentif lainnya.
  • Pesan Langsung: Kalau memungkinkan, pesan langsung ke driver langganan kita. Ini bisa bantu mereka dapat orderan tanpa harus bersaing dengan driver lain.
  • Bersikap Ramah: Sapa mereka dengan ramah, ajak ngobrol sebentar, dan berikan semangat. Hal-hal kecil kayak gini bisa bikin hari mereka jadi lebih baik.
  • Laporkan Pelanggaran: Kalau kita lihat ada driver yang melanggar aturan atau melakukan tindakan yang merugikan, jangan ragu buat melaporkannya ke aplikator. Ini penting buat menjaga kualitas layanan dan keamanan kita sebagai konsumen.

Lebaran Sebentar Lagi: Refleksi dan Harapan

Lebaran tinggal menghitung hari. Momen ini adalah saat yang tepat buat kita merenungkan kembali peran penting para driver ojol dalam kehidupan kita sehari-hari. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu siap mengantar kita ke mana pun kita mau, kapan pun kita mau.

Semoga, di Lebaran tahun ini, para driver ojol bisa merasakan kebahagiaan dan keberkahan. Semoga para aplikator bisa lebih bijak dalam memberikan apresiasi kepada mereka. Dan semoga, kita semua bisa menjadi konsumen yang lebih peduli dan menghargai jasa mereka.

Lalu, Bagaimana dengan Harga?

Oke, ini yang penting juga. Seringkali kita lupa, selain memikirkan THR untuk driver, kita juga harus realistis dengan biaya yang kita keluarkan untuk menggunakan jasa ojol. Harga yang terlalu murah memang menggiurkan, tapi kita juga harus ingat bahwa ada biaya operasional yang harus ditanggung oleh para driver.

Beberapa waktu lalu sempat ramai soal tarif ojol yang dianggap terlalu murah. Hal ini tentu merugikan para driver karena penghasilan mereka jadi berkurang. Nah, sebagai konsumen yang bijak, kita bisa mempertimbangkan untuk memilih layanan dengan tarif yang wajar, yang tidak hanya menguntungkan kita tapi juga memberikan penghasilan yang layak bagi para driver.

Intinya, mari kita sama-sama menciptakan ekosistem ojol yang sehat dan berkelanjutan. Ekosistem di mana para driver dihargai, para aplikator bertanggung jawab, dan para konsumen bijak dalam menggunakan jasa mereka.

Penutup: Lebaran untuk Semua

Akhir kata, mari kita sambut Lebaran dengan hati yang lapang dan pikiran yang jernih. Mari kita jadikan momen ini sebagai ajang untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama, termasuk para driver ojol yang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita.

Semoga tulisan ini bisa memberikan sedikit pencerahan dan menginspirasi kita semua untuk menjadi lebih peduli dan menghargai jasa para pejuang jalanan ini. Selamat menyambut Hari Raya Idul Fitri! Mohon maaf lahir dan batin.

[Sumber: Antaranews – https://ramadhan.antaranews.com/berita/4703365/menaker-mekanisme-bonus-lebaran-driver-ojol-diserahkan-ke-aplikator?utm_source=antaranews&utm_medium=desktop&utm_campaign=popular_right]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top